Faktor Risiko Keluhan Sick Building Syndrome (SBS) di Pekerja Perkantoran

Iwan Suryadi, Hidayat Hidayat, Febby Bintang Wulandari

Abstract


Orang yang tinggal atau bekerja di gedung modern mengalami Sick Building Syndrom (SBS). Gejalanya termasuk kelelahan, sakit kepala, penurunan konsentrasi, serta peradangan pada kulit dan selaput lendir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko keluhan SBS pada pekerja perkantoran karena pentingnya menilai kembali faktor risiko yang terkait dengan keluhan SBS. Penelitian ini melibatkan desain observasional analitik yang menggunakan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini mengumpulkan sampling total dari 75 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja dan suhu ruangan memiliki hubungan dengan keluhan SBS, dengan masing-masing nilai p-value 0,04 dan 0,01. Sebaliknya, variabel lain yang diteliti, yaitu umur p-value 0,258 lebih besar dari 0,05, jenis kelamin p-value 0,109 lebih besar dari 0,05, status kesehatan p-value 0,100 lebih besar dari 0,05, kelembaban ruangan p-value 0,076 lebih besar dari 0,05, dan pencahayaan ruangan p-value 0,115 lebih besar 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur, jenis kelamin, status kesehatan, kelembaban, dan pencahayaan dengan keluhan SBS; sebaliknya, ada hubungan antara masa kerja dan suhu dengan keluhan SBS. Kualitas udara dalam ruangan diperbaiki oleh saran penelitian ini.

People who live or work in modern buildings experience Sick Building Syndrome (SBS). Symptoms include fatigue, headaches, decreased concentration, and inflammation of the skin and mucous membranes. This study aims to determine the risk factors for SBS complaints among office workers because it is important to reassess the risk factors associated with SBS complaints. This research involved an analytical observational design using a cross-sectional approach. This research collected a total sample of 75 respondents. The research results showed that work period and room temperature were related to SBS complaints, with p-values of 0.04 and 0.01, respectively. In contrast, other variables studied were age p-value 0.258 greater than 0.05, gender p-value 0.109 greater than 0.05, health status p-value 0.100 greater than 0.05, room humidity p-value of 0.076 greater than 0.05, and room lighting p-value of 0.115 greater than 0.05. The research results showed that there was no relationship between age, gender, health status, humidity, and lighting and SBS complaints. On the contrary, there is a relationship between work period and temperature and SBS complaints. Indoor air quality is improved by this research suggestion.

Keywords


Sick Building Syndrom; masa kerja; suhu ruangan

Full Text:

PDF

References


Aryadni, Endah, Juanda Juanda, dan Imam Santoso. 2019. “Faktor Fisik dan Biologi Dengan Keluhan Sick Building Syndrome.” Jurnal Kesehatan Lingkungan: Jurnal dan Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan 15 (2): 673–78. https://doi.org/10.31964/jkl.v15i2.50.

Aziz, Norsaffarina, Mohammad Adam Adman, Nurud Suria Suhaimi, Syarifuddin Misbari, Ahmad Rizal Alias, Azrina Abd Aziz, Lim Fang Lee, dan Md Mobarak Hossain Khan. 2023. “Indoor Air Quality (IAQ) and Related Risk Factors for Sick Building Syndrome (SBS) at the Office and Home: A Systematic Review.” IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 1140 (1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/1140/1/012007.

Belachew, Haileab, Yibeltal Assefa, Gebisa Guyasa, Jember Azanaw, Tsegaye Adane, Henok Dagne, dan Zemichael Gizaw. 2018. “Sick Building Syndrome and Associated Risk Factors among the Population of Gondar Town, Northwest Ethiopia.” Environmental Health and Preventive Medicine 23 (1): 1–9. https://doi.org/10.1186/s12199-018-0745-9.

Iwan Suryadi, Aditama Putra Nugraha, Nurlaila Fitriani, dan Siti Rachmawati. 2021. “The Determinant of Lung Function Disorders of The Textile Industry Spinning Section.” KEMAS 17 (4): 475–82. https://doi.org/10.15294/kemas.v17i4.25069.

Karlina, Putri Maysi, Rafiah Maharani, dan Dyah Utari. 2021. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Sick Building Syndrome (SBS).” Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat 13 (1): 46–55. https://doi.org/10.52022/jikm.v13i1.126.

Larasati, Deva Nindya, and Anik Setyo Wahyuningsih. 2023. “Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Sick Building Syndrome.” Indonesian Journal of Public Health and Nutrition 3 (2): 159–68. https://doi.org/10.15294/ijphn.v3i2.61570.

Mawarni, Fahruniza Meiga, Mona Lestari, Yuanita Windusari, Desheila Andarini, Anita Camelia, Rizka Faliria Nandini, dan Poppy Fujianti. 2021. “Keluhan Sick Building Syndrome di Gedung PT. X.” Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 20 (1): 39–46. https://doi.org/10.14710/jkli.20.1.39-46.

Nur Khafifah Bardi, Suharni A. Fachrin, Arman, dan Nurlaila Tussaadah. 2021. “Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Sick Building Syndrome Pegawai PLN UIW Sulselrabar Kota Makassar.” Window of Public Health Journal 2 (2): 272–80. https://doi.org/10.33096/woph.v2i2.149.

Rizqiyah, Haula, Minerva, dan Nadia Putri. 2018. “Faktor Risiko Sick Building Syndrome.” J Agromedicine Unila 5: 638.

Saffanah Siti, Rafiah Maharani Pulungan. 2019. “Faktor Risiko Gejala Sick Building Syndrome pada Pegawai BPPSDM Kesehatan RI.” Jik : Jurnal Ilmu Kesehatan 3 (1): 8–15. https://doi.org/10.33757/jik.v3i1.161.

Sayan, Halil Erkan, dan Seyhan Dülger. 2021. “Evaluation of the Relationship between Sick Building Syndrome Complaints among Hospital Employees and Indoor Environmental Quality.” Medicina Del Lavoro 112 (2): 153–61. https://doi.org/10.23749/mdl.v112i2.11012.

Suzuki, Norimichi, Yoshitake Nakayama, Hiroko Nakaoka, Kohki Takaguchi, Kayo Tsumura, Masamichi Hanazato, Tatsuya Hayashi, dan Chisato Mori. 2021. “Risk Factors for the Onset of Sick Building Syndrome: A Cross-Sectional Survey of Housing and Health in Japan.” Building and Environment 202 (April): 107976. https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2021.107976.

Wibisono, Alfadhylla Rosalina, Nurjazuli Nurjazuli, Tri Joko, dan Suhartono Suhartono. 2022. “Faktor Risiko Kejadian Sick Building Syndrome pada Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.” Jurnal Kesehatan Lingkungan: Jurnal dan Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan 19 (2): 275–82. https://doi.org/10.31964/jkl.v19i2.493.




DOI: http://dx.doi.org/10.52365/jond.v4i1.982

Article Metrics

Abstract view : 257 times
PDF - 239 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indexed in: